Resensi Buku : Menari di Surga - Alwan.id

Baru

Rabu, 07 Juni 2017

Resensi Buku : Menari di Surga

Resensi Buku : Menari di Surga
Hai Sobat, kali ini saya akan membagikan resensi buku berjudul menari di surga karangan Agustrijanto. Cekidot sob

Resensi Buku : Menari di Surga


Identitas Buku
Judul                : Menari di Surga
Penulis             : Agustrijanto
Penerbit            : Gema Insani
Tahun Terbit     : 2004
Cetakan            : Pertama, Januari 2004
Dimensi            : 17,5 cm
Tebal               : 206 halaman


Agustrijanto, lahir di Bandung, 16 Agustus 1972. Menjabat sebagai Script-copywriter di PT Syaamil Cipta Media, tidak mengurangi kreativitasnya dalam dunia tulis-menulis. Penulis yang saat ini tinggal di kota Kembang Bandung telah melahirkan karya-karya yang kerap kali mendapatkan berbagai penghargaan, baik berupa cerpen, puisi, novel, dan buku ilmiah yang kini sudah tersebar di berbagai media.Salah satunya adalah kumpulan cerpen “Menari di Surga”.

Ada yang membuat kumpulan cerpen “Menari di Surga” karya Agustrijanto ini berbeda dari yang lain. Beberapa cerpennya berlatar belakang sejarah, namun sangat mudah dinikmati layaknya cerita pada umunya. Ia seperti menarik pembaca ke dalam suasana masa yang telah lampau.

Buku Kumpulan Cerpen “Menari di Surga” ini menyajikan dua belas cerita pendek, diantaranya Aku adalah Rajamu, Menari di Surga, Keimanan Tertinggi, Haji Mabrur, Syair Duka Suzanne-Surapati, Hakim Kedua, Patah Tangan Kanan, Flamenco, Perasaan, Legong Ahmad, Trompong, Palang Kayu Berdamping Sabit.

Diantara dua belas judul cerita ini, ada satu cerita yang menurut saya paling menarik dan mengandung makna yang sangat baik untuk para pembacanya, yakni “Menari di Surga” yang menjadi cover pada buku kumpulan cerpen ini. Menari di Surga adalah salah satu cerpennya yang mengguratkan kepedihan keluarga pengamen dalam kemiskinan mereka. Di perankan oleh 3 tokoh utama yakni Siti Sundari, Sutrimo, dan anaknya Suminten cerita ini dimulai dari menceritakan kehidupannya sebagai petani miskin, hingga memutuskan untuk merantau ke Jogjakarta untuk mencari penghidupan yang lebih baik, dan alhasil mereka hanya berkerja sebagai pengamen jalanan dengan cara menari. Di akhir cerita, si anak yang berperan sebagai pengamen tertabrak mobil saat hendak mengambil uang receh yang dilempar oleh penumpang Angkot. Banyak sekali makna yang terdapat pada cerpen “Menari di Surga” ini salah satu yang utama adalah pantang menyerah dan semangat dalam menghadapi kehidupan meskipun di luar sana banyak gunjingan yang datang.

Jika dilihat dari segi unsur intrinsikya, Agustrijanto mengajak pembaca untuk menyatu dalam cerita yang ia berikan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama pada sebagian besar isi cerpennya. Selain itu bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen ini baik, jelas dan mudah dipahami.Hal itu berhasil menghasilkan cerpen-cerpen yang kreatif.

Setelah membaca buku kumpulan cerpen “Menari di Surga“ karya Agustrijanto ini,kita sebagi pembaca akan tersentuh dan mendapatkan banyak sekali dampak positif karena dalam cerita ini ada banyak kandungan makna yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita-cerita yang ada dalam buku ini juga berbeda dengan cerita-cerita yang sebelumnya sudah saya baca. Menurut saya, cerita di dalam buku ini lebih menarik karena menyajikan berbagai kisah inspiratif yang dikemas apik.

Buku kumpulan cerpen ini memiliki kekurangan, diantaranya adalah terkadang penggunaan alur dan latar yang kurang jelas. Sehingga, pembaca sulit memahami isi yang ada. Terlepas dari itu semua, buku ini jauh baik dari buku yang sudah pernah saya baca sebelumnya. Kekurangan yang ada hanya tinggal diperbaiki oleh pengarang agar kedepannya karya yang dihasilkan bisa lebih baik lagi.

Buku ini layak dibaca oleh kalangan remaja, karena buku ini memiliki makna yang patut dicontoh untuk usia-usia tersebut. Sebaiknya, pembaca jangan melewatkan sepenggal dari cerita yang sudah ada karena semua cerita yang ada sangatlah baik untuk dibaca dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar